Hening Cipta
Oleh: Kyai Pager Rasa

Keheningan meliputi alam kasunyatan, karena banyak manungsa yang tidak lagi mengolah RASAnya. Terasa sendiri jika berada disana, tanpa tersadarkan ini sudah berlangsung sekian lama sejak para leluhur suci masih ikut mengemong para pujangga jiwa.
Inikah tanda bahwa jagad ini memang harus menuju titik tertentu lagi, seperti yang terjadi pada zaman cipta kala. Jikalau demikian, kemanakah atma-atma akan berlabuh, sudah waktukah harus di turunkan lagi para Kasampurnaan untuk kesekian kalinya?
cermin-diri
Luhur cipta, akar persona, akankah manungsa sejati akan kembali merajut cinta dalam diri. Jika tidak dimulai dari sekarang maka kapankah waktu yang tepat. Apa yang di agung-agungkan sebagai kebenaran kasunyatan hidup hanyalah penyangkalan atas ketidak tahuan, ibarat bulan yang dikatakan purnama maupun sabit, padahal purnama dan sabit tidak pernah terjadi, itu yang “KAU” akui dan agungkan sebagai kebenaran kasunyatan hidup?

Jika selangkah saja kita tidak bisa mengolah RASA ini, marilah sedikit saja kita Heningkan Cipta. Hening tandanya diam, diam dengan “ntutupi babahan hawa sanga” yang mana arahnya adalah kepada penyangkalan terhadap kepuasan akan pencapaian diri saat ini. Cipta tandanya unsur gerak, gerak dari sukma bukan dari pikiran, gerak dengan “urip iku hanguripi” yang mana arahnya adalah kepada penyatuan untuk mencapai keseimbangan/keserasian dalam “hidup” ini.
Oh… Matur Suwun Gusti Pangeran Ingkang Sejatos, akan bertemunya dengan Para Kadang sebagai pencinta kehidupan kasunyatan yang terus melihat dalam sukma. Semoga inilah tanda semua atma akan yang belum berlabuh bisa bertemu dengan Para Kadang jagad ini. Cahaya pekerti biar tetap bersinar walaupun masih dalam proses menuju.

Salam

 

Diskusi di: http://www.facebook.com/groups/sarasehan.gantharwa/doc/427471663962511/

Hening Cipta