Laporan Sarasehan di Semarang
Oleh: Kadhang Dimas Wibowo
Pada hari Senin 7 Juli kemarin, kami para kadhang Gantharwa di Semarang ditambah kadhang David Goh yang baru saja datang dari Jakarta mendapatkan kehormatan diundang untuk bersarasehan dengan para sahabat-sahabat spiritualis yang berada di Semarang .
Kami (Mas David, Mas Ade, Mas Aji, Mbak Vivi, Dimas) plus mas Arif (yang masih di pelajaran Rohani 2) berkumpul di tempat bapak Medy di semarang . Disana kami bertemu dengan Bapak Imam Sudrajad, Bapak Medy, Mas Triesna, Mas Agung, Mas Zazuli, dan masih banyak lagi. sahabat-sahabat kita tersebut ada yang mendalami Reiki, Kundalini, Theosofi – Kejawen, Kapribaden, Pangestu, Buddhis, Sholat khusyu’ dan yang tidak dari mana-mana (kalimat ini meminjam dari mas Triesna J).
Sarasehan seputar sharing kawruh tersebut dimulai sekitar pukul 21.45 wib hingga pukul 1.30 wib. banyak hal hal yang ditanyakan oleh sahabat-sahabat dari semarang kepada mas David. Mulai dari footnote yang selalu digunakan oleh mas David dalam setiap korespondensi yang dilakukan, “Salam Sejati, Siapa yang bersungguh sungguh akan menemukan yang dicarinya” .
Mas David mengungkapkan bahwa arti dari salam sejati diatas adalah salam yang sejati (hehehe…), tidak dikotak-kotakkan, ya itu kesejatian itu sendiri. kalimat berikutnya diambil mas David dari salah satu pandawa lima yang bertemu dengan Dewa Ruci, yaitu Bima, “Sopo sing temen bakal tinemu”. Kemudian ada pertanyaan tentang Gantharwa itu apa ? metode belajarnya bagaimana ? nah, pertanyaan meluas hingga kekuasaan Jawa, Semar, pandangan Gantharwa tentang cakra dan kundalini, Kalimosodo, Sedulur Papat Kalimo Pancer, dan Mistik.
Mengenai Sedulur Papat Kalimo Pancer ini sahabat kita mas Zazuli, mengemukakan pandangan mengenai SPKP ini menurut Pangestu. Ada juga mas yang mengatakan bahwa SPKP harus diwujudkan dalam kehidupan sehari hari agar seseorang tersebut sukses dalam kehidupan.
Bapak Imam Sudrajad menambahkan tentang Jawa yang Murni dan yang sudah terpengaruh oleh ajaran lain. Hal yang menarik adalah bahasa sanepan yang diutarakan oleh Kadhang Ade bahwa kita masing masing seperti bagian dari motor yang harus bersatu agar motor tersebut bisa digunakan.
Digunakan untuk apa ? digunakan untuk mencapai cita cita rohani Manunggaling Kawulo lan Gusti. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah mengenai perjalanan ke masa lampau. Mas david menjawab dengan pertanyaan juga : mau fisik ikut ke masa lampau atau hanya melihat ke masa lampau ?. Mas david mengemukakan yang penting itu roh menjadi raja dan fisik menjadi patih. Hal diatas juga menjawab pertanyaan mengenai bagaimana cara melihat mahluk gaib.
Jadi ada metode yang mengalahkan fisik (dengan laku yang membuat fisik menjadi lemah) sehingga dapat dengan mudah melihat mahluk gaib, dan ada metode yang tidak mengalahkan fisik. yaitu Roh menjadi raja dan fisik menjadi patih. penjelasan diatas ditambah dengan arti dari Gentur Topo Brotone, Sakti Mondrak Guna. dimana tapa diatas bukan berarti bertapa, tapi adalah kesungguhan untuk merealisasikan janji dengan semangat lebih. Jadi misalnya, kalau kita berpuasa itu karena kita menepati janji kepada Gusti. bukan untuk dapat melihat mahluk gaib. acara sarasehan selama 4,5 jam diatas ditutup dengan sambutan dan ucapan syukur oleh bapak Medi, kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.
Ke Rumah mas Aji
Setelah acara sarasehan selesai, kami melanjutkan sarasehan internal Gantharwa di rumah kadhang Aji dan kadhang Vivi. Disana kami ngobrol tentang apa yang kita dapat dari sarasehan bersama sahabat-sahabat tadi. Tidak lupa juga kami melihat-lihat koleksi Pusaka milik Mas Aji. Dan juga banyak “halus” yang ikut datang mendengarkan. Sarasehan internal ini berlangsung hingga pukul 4.30 wib dan diakhiri dengan makan nasi liwet khas semarang di pojokan simpang lima . Murah, meriah, kenyang J. Tepat jam 5.15 kami mengantar mas David kembali ke hotel.
Demikian laporan singkat sarasehan di semarang .
Wartawan PaSpiGa (dw)