Mengingat kembali -> Ajaran Eyang SosroKartono

Oleh: Bpk. Imam Sudrajat

Berbahagialah mereka yang punya pikiran yang mau menyadari bahwa ada yang lebih luhur, lebih mulia dari pada harta benda dan kenikmatan duniawi.
Jika pikiran sudah sampai pengertian demikian, maka muncullah BUDI, Rasa (bathin) yang akan mengatakan : …….Hendaknya suara bathinmu yang suci itu menjadi petunjuk hidupmu, bukan nafsumu.
( Hyang SosroKartono )

Bindjei. 12 Nov. 1931

Lampah lan maksoedipun

1. Angloeroeg, tanpo bolo, tanpo gaman;
Ambedah, tanpo perang tanpo pedang;
Menang , tanpo medjahi tanpo nyakiti;
Wenang, tan ngroesak ajoe, tan ngroesak adil.
Jen oenggoel, soedjoed bakti marang sesame.

– Menyerang, tanpa balantentara, tanpa senjata. Menerobos, tanpa perang , tanpa pedang. Menang , tanpa membunuh, tanpa menyakiti. Berkuasa, tidak merusak kebaikan, tidak merusak keadilan. Jika unggul, sujud berbakti kepada sesame manusia.

2. Angloehoeraken bongso kito; tegesipoen;
Anjebar wineh boedi djawi,
Gampilaken margining bongso
Ngoepojo papan panggesangan.

– Meluhurkan bangsa kita; berarti : menyebar benih budi luhur. Memudahkan bangsa mencari tempat hidup (mencari nafkah )

3. Sinahoe boso, tegesipun: sinahoe bongso
Sinahoe meloe soesah, meloe sakit
Tegesipun : sinahoe ngoedi raso lan batos,
Sinahoe ngoedi kamanoengsan.

– Belajar ikut merasakan susah, ikut merasakan sakit. Artinya : Belajar menyempurnakan rasa dan bathin. Belajar menyempurnakan perikemanusiaan.

4. Moerid, goeroene pribadi
Goroe, moeride pribadi,
Pamoelangane , sangsarane sesame.

– Murid, gurunya diri pribadi. Guru, muridnya diri pribadi. Tempat belajarnya, kesengsaraan sesama.
Ganjarane, ajoe lan aroeme sesame.

5. Anyebar pemandeng, tegesipoen : angringkes pemanteng
Amboeka netro, tegespoen : anoetoep netro
Angoekoeb kabeh, tegesipoen : anjandak sidji.

– Meluaskan pandangan, berarti meringkas pemusatan. Membuka mata, berarti menutup mata. Mencakup semua berarti mendapatkan satu.

6. Doeroeng menang, jen doeroeng wani kalah;
Doeroeng oenggoel, jen doeroeng wani asor;
Doeroeng gede , jen doeroeng ngakoe tjilik.

– Belum menang, kalau belum berani kalah. Belum unggul, kalau belum berani rendah. Belum besar, kalau belum mengaku keci.

Djoko Pring

Ajinipun inggih mboten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti. = Azimatnya tidak lain hanya azimat tekad, ilmunya ilmu menyerah, rapalnya keadilan Tuhan.
Ingkang dados polanipun lampah kulo inggih namun puniko : Jawi bares, jawi deles, jawi sejati.

——————— >

Drs, RMP Sosrokartono lahir 10 April 1877, di Mayong. Putera Bupati Jepara : RM Adipati Ario Sosroningrat. Kakak RA Kartini. Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan caranya sendiri. Berhasil mengobati ratusan ribu orang yang menderita berbagai penyakit hanya dengan air putih saja. Menguasai dan fasih berbahasa asing : 9 bahasa asing timur dan 17 bahasa asing barat. Menjelajah Eropa selama 27 tahun, dan kembali ke Indonesia ikut dalam pergerakan pergerakan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia . Ilmunya : “ Catur Murti “ : Penyatuan dari pikiran – perasaan – perkataan dan perbuatan. Wafat 8 Feb. 1952. dikebumikkan di makam Sedo Mukti Kudus. Beliau tidak mempunyai murid.
Lebih lanjut ajaran beliau yang juga di kenal dengan Joko Pring, Mandor Klungsu.

Soegih tanpo bondo, Digdoyo tanpo adji.
Ngeloroeg tanpo bolo, menang tanpo ngasoraken.
Trimah mawi pasrah. Soewoeng pamrih tebih adjrih
Langgeng tan ono soesah, tan ono seneng
Anteng manteng, soegeng djeneng.

Omong Kosong
1. Ilmu kantong bolong
Noelong pepadane, ora nganggo mikir

Wajah, wadoek, kantong. Yen ono isi, loemuntur marang sesame.
2. Adji Pring
Soesah podo soesah, seneng podo seneng
Eling podo eling; pring podo pring

Sang Alif

Ngawulo dating kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip.
Nindakaken ibadat, inggih punika nindakaken kewajiban bakti lan suwito kulo dateng sesame.

Sang Alif = Tuhan = Allah yang maha pengasih dan penyayang, yang maha Perkasa. Aum Shantih. Panta Rei. Kala Aion. Gusti Ingkang maha agung, Gusti ingkang maha Kuwasa, Gusti ning jagad. Dengan menahan nafas Beliau menyulam gambar Alif dengan benang berwarna putih, satu persatu, sehingga nafasnya habis. Tengah malam berikutnya pekerjaan itu diteruskan sampai selesai. Selama mengerjakan penyulaman, tiap hari Beliau membarengi dengan berpuasa.
“ Memasang Alif itu seharusnya dengan laku. Tidak boleh menggantungkan itu begitu saja dan ditinggalkan seperti menjemur pakaian. “.

Selesai –> semoga yang sedikit ini ada kelak bermanfaat. Amin. Matur nuwun.

Mengingat kembali -> Ajaran Eyang SosroKartono