“The Cosmic Wheel…..”
Oleh: Satria Sukma Bhuwana
Para kadang yang terkasih, saya punya bahasan yang mungkin menarik untuk kita telaah lebih lanjut sebagai anggota Gantharwa. Para kadang sekalian bebas menanggapi apa saja deh.
Konon katanya hidup ini seperti roda, ada kalanya diatas, ada kalanya kita berada dibawah. Namun dimata Tuhan kita semua sama, tidak peduli status sosial kita seperti apa. Ternyata dibuku CWG (“Conversation with God”. Red) , dalam ultimate reality (kebenaran Yang Maha Tinggi) juga dikenal roda / lingkaran kehidupan seperti yang sudah masyarakat kita kenal selama ini, namanya The Cosmic Wheel…
Ketika Allah menyatakan diriNya: “ Akulah Alfa dan Omega” atau “ Yang Awal dan yang Akhir” sesungguhnya Ia me-refer ke roda kosmik ini. Coba bayangkan anda membuat lingkaran, ibarat jam, mulailah titik dijam 12, lalu anda akan kembali lagi dititik itu bukan? Allah telah menciptakan lingkaran kehidupan itu. Inilah the circle of LIFE. Kita dan alam semesta adalah the LIFE itu sendiri, didalam lingkaran inilah kita menggerakkan “the energy of God”. Karena roda ini “berputar”, maka tidak ada yang bisa menunjukkan titik mana yang lebih tinggi, dan mana yang lebih rendah, ya tentu saja, karena ia “berputar”! Jadi semua “sama” dimata Allah.
Namun demikian, apa yang diceritakan diatas adalah Makrokosmos dari kehidupan. Jika kita menilik ke Mikrokosmosnya, ada bagian-bagian dari LIFE itu (maksudnya adalah kita, per-individu) yang menjalani roda kosmik ini mulai dari satu titik, berputar untuk mencapai lagi titik awalnya. Sekarang kita coba bayangkan “roda” yang amat penting dalam hidup kita, yaitu jam. Jika kita melihat pada jam dinding yang bulat itu, titik teratas adalah angka 12 ( 1+2=3, three is the signature of God ) dan titik terbawah adalah angka 6 (kata seorang romo, enam adalah angka yang tidak sempurna, maka 666 adalah untuk “dia yang sangat tidak sempurna”). Jika dihitung jarak garis lurus terhadap angka 12 itu, angka enam memang yang paling jauh, dan jelas-jelas langsung bertentangan (paling atas vs paling bawah).
Sekarang bayangkan ketika sebuah roh dari surga masuk kedalam roda kosmik, karena baru saja dikirim dari surga jika dianalogikan dengan jam maka roh ini baru berada disekitar jam 12, sedang menuju jam 1, 2, 3…dan seterusnya. Ketika memasuki roda kosmik kita dibuat “lupa” akan siapa kita sebenarnya (Anak Allah). “Lupa” disini bisa digambarkan ketika kita berjalan melalui roda kosmik dari jam 1, 2, 3….dst, dimana kita berjalan menjauh dari Allah. Para kadang ingat bukan bahwa surga dan neraka adalah masalah keberadaan jauh / dekatnya kita dengan Allah? Roh yang sedang berada di jam-jam 1-6 disebut dark hour of LIFE karena kita menjauh dari Nya, dan di jam 6 sendiri adalah the darkest hour. Disaat-saat inilah kita lupa siapa diri kita sebenarnya, disini masa-masa dimana kita lebih menikmati kedagingan, kesadaran roh yang kian rendah.
Namun demikian ajakanNya adalah “ to Remember ” dan “ to Re – Member”…yaitu menjadi ingat kembali, dan kemudian manunggal kembali denganNya, bukan untuk berkutat disana dan akhirnya malah jadi “lost in forgetfulness”. Kita harus berjalan terus meniti roda yang tersedia. Maka mulailah kita memasuki angka 7, 8, 9….dst. Inilah masa-masa dimana kita mulai mendekat kembali denganNya, masa-masa dimana kesadaran roh mulai bangkit dan kita mulai meninggalkan kenikmatan daging. Kita mencapai tingkat kesadaran roh yang kian tinggi untuk akhirnya mencapai kesadaran yang tertinggi alias manunggal kembali denganNya.
Hendaknya kita tidak menghujat yang menurutmu jahat, jika engkau marah pada mereka yang tamak, culas, penipu, perampok, kejam, dst. maka pada saat itu yang ingatlah kepada “life path” yang tersedia bagi mereka pada masanya. Kejauhan kita dari sifat-sifat dasar Ilahi mungkin merupakan “path” yang harus dilalui, sebab untuk ingat maka kita memang harus “lupa” dulu bukan? Daripada menghujat, mendingan kita doakan saja agar mereka (dan kita juga lho) tidak “lost in forgetfulness” dalam fase lupa ini, dimana kita tidak maju-maju ke jam-jam yang dikenal dengan “the finest hour” tapi malah berkutat di “the darkest hour”. Kita doakan agar mereka yang hidupnya belum selaras dengan kehendakNya agar dapat segera melewati fase lupa itu, dan mulai masuk ke fase ingat, lalu merasakan “the glory of being raised” ; terangkat…terangkat…dan terus terangkat! Nah ini bagian yang rada mengagetkan: setelah kita mencapai kesadaran yang tertinggi kita harus mulai turun lagi…LHO MENGAPA!!!!? …………..agar dapat kembali merasakan “THE GLORY OF BEING RAISED”.
“Do not condemn the bad, because the good can never exist without the existance of the bad. You cannot understand the light if there is no darkness. “Up” is a meaningless concept if there is no ‘down”. Yet I tell you this; be alight unto the darkness and curse it not.”
Comments are closed.