Eling lan Waspada ~ Karakter Luhur Bangsa Indonesia
Oleh: Bapak Imam Sudrajat Arso Soekotjo
Amenangi zaman edan, ewuhaya ing pambudi, melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni, boya keduman melik, kaliren wekasanipun , dilalalah karsa Allah, begja-begjane kang lali, luwih begja kang eling lawan waspada ( pupuh sinom, dalam serat Kalatida , R.Ng. Ranggawarsito )
Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun, semune ngaksama,sasamane bangsa sisip, sarwa sareh saking mardi martatama ( serat Wedhatama, KGPAA Mangkunegara IV)
ELING lan WASPODO – KARAKTER LUHUR
BANGSA INDONESIA
Rahayu.
Menyempatkan diri di bulan Ramadhan, mencoba memberanikan diri untuk berbagi info kasih (saling asah-asih-asuh, saling gosok ginosok ). Sudah 2 orang terakhir ini(Romo Sukiman dari Vihara Maha Bodhi Pajang Solo, dan Kadhang David Goh ) mengingatkan “ itu semua dilaksanakan dengan tansah Eling lan Waspodo “.
Apa itu Eling lan waspodo ? , setelah dicoba direnungkan kembali , malah saya tidak mengerti. Maksudnya pasti baik, mengingatkan kembali , berhati – hati dalam sikap : ucap, tindak tanduk/perbuatan. Namun ….saya harus Eling(Sadar ?) sama apa, dengan siapa ? , harus waspodo (Awas ? ) akan apa , dengan siapa ?. Kalau mencoba menggali dari pengertian umum : sebaiknya ingat selalu akan Tuhan, sabar dan kuat iman menghadapi cobaan Tuhan (karena keadaan jaman dan atau keadaan diri manusia), menjalankan perintah Nya dan meninggalkan larangan Nya. Senantiasa mawas diri baik dalam keadaan suka dan duka. Ini dijalani dengan ketaqwaan & kepasrahan dalam beribadah/menjalankan tugas agar selamat dunia akherat Dari pemahaman agama, dengan penghayatan senantiasa “eling lan waspada “ akan menghidupkan janji bathin yang diucapkan minimal 5 X dalam sehari “ Sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, swt “. Tidak “eling lan waspada “ , maka janji bathin ini sekedar janji lahir (di bibir saja), sehingga tidak mendapatkan “Jiwa Sholat :” dan menjadi “bukan untuk Allah, tetapi untuk kesenangan, keuntungan hidupku & keluargaku di dunia dan akherat “ Karena sholatnya juga tidak eling lan waspada, maka yang terjadi : Sering menyakiti lalu bertobat, banyak menipu segera minta ampun, korupsi lagi mohon maaf lagi. Bersilahturahim-Dzikir-Shodaqoh hanya untuk pamrih mendapatkan pahala dan surgaTidak ksatria untuk bertanggung jawab dengan perbuatan dosanya. Takut neraka tapi selalu dan sering berbuat durhaka kepada Tuhan. à Kata kuncinya : Ingat Tuhan .Merujuk nasehat Mangkunegara IV ( dalam Wedhatama), kurang lebih : “Selamanya hanya awas dan ingat. Ingat akan sasmita alam menjadi selamat hidupnya, supaya bebas dari kesukaran, itulah yang menjaga kesejahteraan hidup.” à Kata kunci : Sasmita Alam. Mengutip ajaran dari paguyuban “Cahya Buwana “ (sudah dapat ijin dari Bapa Sarwa D ), perihal Ajaran Eling lan Waspodo , sbb :Eling atau ingat : Ingat berarti manusia yang selalu menyadari keadaannya,diri sendiri, kiri dan kanannya, hidup dan kehidupannya dan kepada Tuhan YME. Memahami benar siapa sejatinya dirinya atau ”Sopo Ingsun “ . Eling berkaitan dengan tindakan yang disebut “manembah”. Selalu eling kepada Tuhan adalah merupakan sumber dari segala sumber..Manusia harus manembah kepada Tuhan YME dan selalu memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat serta tidak akan lagi mengulangi kesalahan dan dosa yang sama serta bertobat. Waspodo atau waspada : Manusia yang selalu teliti kepada hidup dan kehidupannya, tahu mana yang boleh dilakukannya menurut aturan Tuhan. Kata kunci : Menyadari; Sopo Ingsun; Manembah; Aturan Tuhan.
Masih menurut pitutur dari PCB , (TRISILA KEJAWEN, Menguak Misteridari OJO DUMEH, ELING ln WASPODO), bahwa Eling lan Waspodo adalah dua kata yang tidak boleh dipisah-pisahkan karena mempunyai daya kekuatan yang besar sekali , alat penangkal yang jitu dalam melawan ke angkara murkaan nafsu duniawi dan keserakahan materiatlistis. Eling, Pitutur saking RMP Sosrokartono.Eling untuk berbagi rasa.Melepaskan rasa egois, memupuk rasa kesatuan. Bagi yan kaya,eling punya rasa asih member kepada yang miskin. Bagi yang pandai eling punya rasa asih mengajar yang bodoh.Bagi yang kuat eling punya tekad asih membela melindungi yang lemah. Eling dalam keadaan senang / jaya/sukses maupun susah/jatuh/gagal. Eling kalau semua yang ada di dunia ini tidak kekal/abadi.
Waspada & Eling : Perasaan senatiasa awas & sadar (Mulat salira) terhadap semua bentuk perasaan yang menyenangkan / tidak menyenangkan bagaimana ia timbul dan lenyap di dalam diri kita sendiri, juga aktifitas pikiran hendaknya selalu sadar, apakah pikirannya penuh dengan hawa nafsu atau tidak, menyeleweng atau tidak, sadar dengan semua aktifitas pikiran bagaimana ia timbul dan lenyap. Beberapa kata – kata kunci diatas, bisa ditambahkan lagi; Daya kekuatan; Mulat Salira, Ojo Dumeh; Kasedan Jati; MKG, SPL -SPD; Kesempurnaan sejati (wruh hananing urip, putus ing kasidan jati).
Pertanyaanya ,( mungkin ) : Setelah terus direnungkan , dihayati dan dipahami, tetapi kenapa saya ( KITA? ) masih belum bisa Eling lan Waspodo . Sering (kalau mau jujur ) didalam setiap ucap, tindakan/perbuatan, bahkan situasi “kesempatan” dimana saya masih bisa berbuat kebaikan dan kebajikan, sering hal itu tidak saya lakukan.(lewat kesempatan untuk menolong), demikian sikap tindak tanduk saya sering merugikan orang lain (menipu, korupsi), Menambahkan konsep lain, mungkin saya kurang berlatih : Gelar (waspodo berkiprah di/dengan dunia) dan Gulung (untuk mendapatkan kekuatan Eling tanpa lupa dari dalam = MIJIL), Atau kurang disiplin dalam laku hidup ?, atau tidak mengolah dengan baik : cipto-Karsa-rasa atau tidak bisa manembah : Jiwo-Roso. Menyadari dengan penuh kejujuran, semua pelajaran ini baru sebatas pemahaman konsep , puas di lintasan pikiran/kesadaran intelek saja/lingkup ratio/immanen. Belum banyak olah Rasa (wruh ing rasa-rasa kang satuhu-rasaning rasa sejati ) untuk mendapatkan cukup banyak pengalaman langsung dari sumber yang pertama agar dapat kekuatan bisa “Eling lan Waspodo / Bijaksana yang transenden “. = tidak menyakiti dan membunuh makhluk lain; tidak punya rasa dendam, iri, sombong; serakah,tidak menipu, mencuri & punya ILMU KESABARAN agar bisa berterima kasih kepada mereka yang telah / akan menghina-memfitnah-memarahi-mentertawakan saya.
Ingat akan pepatah jawa : “Biso rumongso lan ora rumongso biso, aja rumong bener dewe / bisa merasa dan bukan merasa bisa, jangan merasa paling benar. Aja Adigang adigung adiguna “. Maka perihal ajaran yang bersifat Mistik/esoteris/makrifat/sastro Jendro/kawruh kasunyatan seperti : lakon Urip, Sopo Ingsun (Jati diri/diri sejati ) ,Gusti / Tuhan; MKG dan SPD, sudah sewajarnya dan sepantasnya diri ini (hati ini) bicara : “ Saya berpikir, semua pelajaran hidup/Urip saya mengetahui ternyata saya tidak tahu “ . Karena saya berpikir itu/ini “tidak tahu “ , saya bisa lebih leluasa untuk bebas memilih dan menjalani; dan merdeka untuk tidak harus menerima atau menolak.. UNTUK BISA TERUS KREATIF BELAJAR langsung kepada kehidupan/realitas hidup. Tidak mau percaya begitu saja apa tulisan dan kata orang.Menentukan pemahaman sendiri, cara sendiri, dan untuk diri sendiri,belajar sendiri “bagaimana Hidup dan kehidupanku sendiri “( ternyata indah dan asyiikk ). Namun tetap dalam kerangka lintasan “eling lan waspodo “ , tetap menghargai saudara saya yang masih suka dengan kon-form-itas dari kebenaran umum yang diseragamkan/dipaksakan dengan iming-iming pahala, surga & siksaan,,neraka “ . dimana ajaran ini banyak didapat dualism dan conflict subject- obyect / keterpisahan. Menghormati . memaklumi mereka yang masih percaya “belajar “ dengan konsep-konsep dari luar “konon katanya” (kepercayaan, agama, dst ).
“ Ilir-ilir tandure wis sumilir , tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar. Bocah angon penekna blimbing kuwi, lunyu – lunyu ya penekna kanggo masuh dodotira. Dodotiro kumintir bedhah ing pinggir, dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore, mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane. ( Sunan Giri )
Pendalaman – penghayatan “Mulat Sariro, tansah Eling kalawan Waspada “ Maka hasil perenungan selanjutnya à Usia dan Jasmani semakin tua, penyakit & kematian raga di depan mata , mampukah saya menghindarinya ?.; Sedikit waktu masih tersisa “seberapa banyak lagi, seberapa besar lagi kebutuhan hidup di dunia ini. Apa yang akan dibawa setelah kematian raga dan apa yang saya miliki ? serta saya mau kemana ?.
Bangunlah jiwanya ,bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.
Eling lan Waspada , Ya kiranya tidak berlebihan saya menyatakan …Inilah KARAKTER Bangsa Indonesia. Sifat, jiwa, kekuatan KARAKTER
(= bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, sifat, tabiat, temperamen, watak ) bangsa Indonesia saripatinya ada di “Eling lan Waspada“
Dalam nafas (Sifat-Jiwa-kekuatan) Eling lan Waspada, ada juga beberapa karakter:
– Perilaku Budi pekerti yang luhur untuk berbuat kebaikan dan kebajikan kepada Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara. – Sikap mau menerima (legowo) dan mengalah, jujur, serta tepa saliro
– Rasa Ke Tuhanan dan Kemanusiaan, ditengahnya ada jiwa gotong royong – hidup rukun serta mempunyai kesadaran hak & kewajiban yang sama membangun masyarakat dan negeri Nusantara(Indonesia) tanpa membedakan/damai dalam perbedaan: Suku, Agama, Ras, Aliran kepercayaan. – Kekuatan, menjiwai dan memberi nafas kehidupan manusia (rakyat) Indonesia (belajar terus membangun) menjadi pribadi manusia yang utuh, lengkap harmonis(selaras-serasi-seimbang) “ Jiwa/bathiniah/rohaniah & Raga/badan/jasmani “ .Pribadi manusia yang ber Panca Sila-is, dimana Panca Sila merupakan Jati Diri bangsa Indonesia.
Mengakhiri , tulisan uneg-uneg/curhat “eling lan waspodo “. Perkenankan mengutip suatu syair kuno (tidak diketahui penulisnya – dari nafas ZEN) kurang lebih sbb :
“ Suatu warisan (transmisi special) di luar kitab-kitab suci. Tak bergantung pada surat/aksara dan kata-kata. Langsung menunjuk pada jiwa (mengarah kepada pikiran) manusia. Memandang kodrat diri (mengerti hakikat dirinya sendiri) dan menyadari pencapaian PENCERAHAN SEMPURNA “
Bulan penuh tobat ( = belajar melupakan diri/ padam segala keinginan). Kedamaian dalam kesepian, ketersendirian, kekurangan/kemiskinan . Mencoba melihat kehidupan sebagaimana apa adanya saja , tidak menghakimi, menilai berlebihan itu salah/benar, ini baik / tidak baik, tidak peduli ditinggalkan kawan dan saudara. Tidak peduli Tuhan memikirkan & membantu saya atau tidak. (tetap semangat berkarya dengan sedikit pamrih = tidak mengharapkan pahala, tidak memikirkan surga) .Berjalan sendirian menapaki jalan sendiri mencari teman sejati. Aku nunggang Roso ngadep Urip tumuju Suwung ( Life originates from the Lord, and will return to Sang Hyang Taya). Dan berbahagialah mereka yang “Eling lan Waspodo” …yang mau dan sudah menyadari bahwa ada yang lebih luhur, lebih mulia dari pada harta benda dan segala kemewahan serta kenikmatan dunia. Selamat berjuang saudaraku.
Dengan laku tansah “Eling lan Waspada “, selalu berhati-hati belajar-bekerja menjalankan kewajiban di dunia, sehingga pelajaran “hidup & kehidupan; Tuhan & Alam semesta “ tidak sekedar di pahami sebatas immanen (dalam benak otak & pikiran ) tetapi mencoba lebih luas penghayatan ke dalam akan hal-hal yang transenden (di luar pikiran manusia, tak terbatas, tak terhingga )akan keberadaan DIA yang MAHA SEMPURNA, MUTLAK HUKUMNYA ( SISTEM ILAHIAH YANG SEMPURNA TIDAK PERNAH BERUBAH, TIDAK BERKURANG, TIDAK BERTAMBAH), MUTLAK KASIHNYA -MUTLAK ADILNYA.
Mohon maaf kalau berbeda pendapat. OLALA – Ada tanpa syarat/adanya mutlak (yang bersyarat/terkondisikan = tidak mutlak ), salam estafet. Rahayu.
Kata Kunci buat PM : à Empu Prapanca/ NegaraKertagama/Panca Sila/Hindu + Empu Tantular/Sutasoma/Bhinneka Tunggal Ika/Budha = Ajaran Leluhur – karakter bangsa nusantara : damai dalam perbedaan – hidup rukun berdampingan saling membangun Negri Nusantara. Bangkitlah bangsaku,Jayalah Negriku.
Mari membantu “Evolusi “ saudara kita : “ Semoga semua makhluk hidup :terlihat maupun tidak terlihat; di dalam tubuh maupun diluar tubuh; di dalam bumi maupun diatas bumi; di alam dunia maupun di alam halus – bebas dari penderitaan, bebas dari rasa permusuhan, bebas dari dendam/kebencian, bebas dari kegelapan. Semoga mereka hidup rukun-tentram-damai-sejahtera dan bahagia. – Semoga selalu diterangi & mendapat cahaya Tuhan yang abadi = Samatha Bhavana “.
Sluman, slumun slamet. Imam Sudrajat, Petarukan 21 Agustus 2011