Malam Selasa Kliwon
24 September 2007
Acara Kliwonan pada Senin malam kali ini membahas beberapa topik:
1. Apakah disetiap memanggil Roh harus memakai media? Pertanyaan dari Kadhang Toro di Jakarta.
Dalam pertanyaan ini terkandung 3 unsur yang harus di bahas yaitu “memanggil”, “Roh’, dan „Media“..
Marilah kita bahas satu per satu:
Apa yang di maksud dengan:
Memanggil disini biasa di artikan, mengundang, mengajak berkomunikasi, berinteraksi, suatu aktifitas menyapa, yang bisa dikategorikan sebagai suatu bentuk aktifitas dalam menjalin hubungan..
Roh secara singkat kita bias artikan pribadi yang memiliki kemauan, dimana aktifitas terpancar dengan adalahnya energi dari kemauan tersebut..
Media adalah sarana yang dipakai, bisa berbentuk fisik, non fisik (benda-benda), visual, audio, sarana lainnya.
Maka pertanyaanya bisa diubah menjadi, apakah dalam berkomunikasi dengan pribadi-pribadi dibutuhkan suatu mediasi?
Tentunya bisa disimpulkan IYA, tentu butuh mediasi, karena manusia masih bersifat badaniah/fisik, tentu secara manusiawi membutuhkan media untuk mengerti..
Namun kalau pertanyaannya adalah apakah berkomunikasi HARUS selalu memakai mediasi manusia lain/teman, tentu jawabannya tidak. Karena mediasi bisa bermacam-macam bentuknya, tidak hanya itu saja.
2. Pembahasan menjadi lebih luas, bagaimana kita mengetahui kedatangan „tamu“ berkunjung secara gaib?
Ada beberapa cara bagaimana kita mengetahui kedatangan mereka dan mengenal mereka itu siapa:
1. sensitifitas, perlu sensitif secara fisik maupun secara dalam, hal ini bisa terlatih dengan adanya kita melakukan meditasi pasif, dimana biarkan tubuh mengendap, seperti halnya air kopi yang dibiarkan diam, maka lama kelamaan akan menjadi mengendap, dimana air akan terpisah dari kopi… sama halnya bahwa pada saat meditasi semua akan mengendap, dan akan terpisah yang murni dan tidak, namun inti Meditasi adalah supaya kita menjadi Wruh (Mengerti) atau memdapatkan Pengertian, bukan dengan meditasi maka kita bisa menjadi Manunggal (dapat pencerahan). Karena setelah dapat Pengertianlah, maka itu yang membuat kita berlaku untuk menjadi yang tercerahkan. Kalau Meditasi „tohk“ akan membawa pencerahan maka kita ramai-ramai meditasi terus. Maka di Gantharwa di ajarkan untuk memahami pengertian. Topik meditasi memang menarik, akan dibahas dalam momen yang lain.
2. reaktif, belajar menerima segala informasi secara penuh perhatian… namun disini harus menghindari adanya halusinasi atau kesan mengada-ngada… karena halusinasi adalah satu masalah yang sering terjadi pada orang yang baru belajar, sebab pengaruh dari pengalaman dan keyakinan, sering membuat halusinasi. Hati-hati.
3. pengalaman, karena pengalamanlah yang kita alami secara sering dan sama, kita bisa jadi mengerti, seperti kalau kedatangan Kanjeng Ratu Kidul, ada yang merasa wangi, terharu, tersentuh, ngriing, dll.. dan setiap kali kalau rasanya sama, dan yang diperkenalkan adalah Kanjeng, ya.. nah.. itulah pengalamannya… karena masing-masing tamu berbeda energinya, ingat bahwa setiap pribadi memancarkan energinya sesuai dengan Kwalitas Roh masing-masing.
4. Selektif, nah kalau yang ini butuh kekuasaan, untuk menyeleksi sehingga kita tidak mudah di sesatkan, kekuasaan itulah lisensi.
3. Bagaimana suatu Roh bisa terbelenggu?
Media TV dengan berbagai judul tentang penangkapan hantu dan roh, yang mempertontonkan aksi memasukan tangkapan ROH kedalam botol atau wadah, sebenarnya tidak mendidik secara baik kepada masyarakat tentang ilmu mistis yang benar, dan cenderung menyesatkan.
Pada prinsipnya ROH itu tidak terikat dengan dimensi, maka ROH itu tidak bisa di belenggu bahkan di penjara, karena prinsipnya adalah bahwa ROH memiliki Kemauan yang bebas, dan Kemauan itu tidak bisa terikat, maka sebenarnya aktifitas dari Roh tersebutlah yang bisa di belenggu, bukan ROH dalam arti pribadi di penjara atau masukkan kedalam botol.
Bagaimana dengan Rumah berhantu dan ada penghuni, artinya bagaimana? Rumah atau wadah apapun termasuk pusaka, itu dikatakan berpenghuni bukan berarti itu berada di dalam atau harus bertinggal di situ. Analoginya adalah begini, kalau kita punya rumah di Bandung, Jakarta, dan Bogor, di tiga tenpat itu kita punya masing-masing satu rumah, apakah artinya kalau kita pas nginap di Bandung, dan Rumah Jakarta dan Bogor itu kosong, berarti itu bukan rumah kita? Tentu tidak bukan, itu tetap rumah kita. Dan secara hukum di lindungi, artinya walaupun kita tidak tinggal di dalam, maka tidak lantas sembarang orang bias jual atau masuk rumah kita.
Jadi keberadaan atau menempati atau berpenghuni tidak latas diartikan seperti dimensi, harus berada. Tapi adalah adanya suatu ikatan akan wadah tersebut.
5. Bagiamana cara nya mendoakan orang lain yang minta bantuan secara baik?
Jangan lupa memberikan 5 langkah yang sebagai tanda, memberikan pengertian yang benar secara dalam atau langsung, minta agar dituntun.
Diantara kita banyak tentunya mengantar orang lain yang mau meninggal dan sudah meninggal untuk menlanjutkan perjalannanya, nah ini juga harus tetap memberikan 5 langkah, dan pengertian yang benar dan mendalam.
Kontak secara dalam (ROH) penting dalam kita mengajak komunikasi secara baik, agar apa yang kita berikan sampai pada batuannya.
6. Godaan dan ikatan duniawi sangat tinggi sekali pada manusia, bagaiman kita menyikapi suatu kehilangan?
Sebagai manusia yang berlisensi dan memiliki kuasa, apalagi telah mendapatkan kawruh sejati, maka pada prinsipnya tidak mungkin suatu milik kita yang sejatinya bisa hilang dari kita, maka kalau misalnya kita telah kehilangan sesuatu maka bisa dipastikan bahwa itu bukanlah milik kita. Ini kelihatannya sepele atau seperti pasrah pada situasi dan kondisi. Padahal sebenarnya berbeda sekali, karena adanya perbedaan pengertian. Dan jangan pula di artikan bahwa semua itu udah rejekinya, sudah ada yang atur, itu juga pemikiran yang keliru menganggap gusti „adalah“ atau lebih cenderung untuk menvonis Gusti.
Ada dua sikap yang bisa kita tahu bahwa: kalau kita kehilangan dan dalam RASA kita terdapat suatu ganjalan, maka itu berarti kita sedang membayar karma jelek kita, atau inilah karma yang harus di terima. Jika kita kehilangan sesuatu dan RASA kita lepas, cull, bebas, maka kita sedang menanam karma baik. Deteksi yang sederhana.
Janganlah takut kehilangan, karena punya kita tidak mungkin hilang, karena Doa Pager kita senantiasa ada memagari, „SADARBE KULO SEDOYO“…..
Kalau sesuatu yang semestinya punya kita dan hilang, lantaran kita ijinkan, maka itu bentuknya adalah pengorbanan, pengorbanan adalah mengorbankan sesuatu yang baik untuk hal yang lebih baik.
Kyai Ganjel sering berpesan dalam masalah kepemilikan terutaman masalah keuangan, kalau kita di mintai bantuan untuk pinjamkan uang kepada orang, dan kita secara rela dan sadar mau pinjamin, janganlah pernah berharap untuk kembali. Selama kita masih bisa makan dan tidur nyenyak, sudahlah… biarkan itu jadi berkat orang.. tidak usah ngoyo..
7. acara diakhir dengan meditasi bersama Pukul 22:00. ada pesan yang di terima oleh Mas Ade saat meditasi dari Jakarta, tentang adanya sosok Pak Bagyo yang ingin sampaikan pesan. Pesan itu diterima oleh Kadhang di Bandung: „Bahwa Beliau turut senang dengan terus berkumpulnya dan ditingkatkan pengertian secara bersama-sama“
Salam Ganjel
Sampai Ketemu pada Malam Minggu Pukul: 20:00Wib tanggal 29 September 2007 (Peduli Keadaan negara)
Dan juga Malam Jumat Kliwon 4 Oktober 2007 Pukul 19:00 Wib
„Meditasi adalah merupakan proses peningkatan pengertian (dalam bahasa jawa disebut “Kawruh”), kesadaran dan pengetahuan.“ : Kyai Ganjel.