Sharing Cangkrukan
Yogyakarta..21.00
Oleh: Aris Widodo
Edit: David Goh
Sebelumnya kami mengucapkan Syuku kepada Gusti, berempat bertemu di pinggiran alun-alun. Aroma wedang ronde ,jagung bakar, silih berganti saling melengkapi suasana dengan music jalanan khas Jogja . terciptakan cangkrukan di pojok jalan alun2 .. Tawa senyum lepas, sambil srupat sruput,kremas kremus….kebal kebul ..
Lokasi I : Alun alun Utara
Tamu : Kadang David
Kadang DOdo
Umum: Mas Eko
Mas Agus
Mas David menyampaikan mari mulai mencoba bersatuan ukuran, demikian hingga masing2 punya karso. Banyak sekali kita menganggap sesuatu di biarkan mengalir, padahal mengalir berarti kita tidak berkemauan, kita telah terjebak pada situasi dan kondisi, namun kalau berkesatuan ukuran maka kita akan memproses, dan di situlah munculnya Karso… pada akhirnya itulah pasrah yang sebenarnya, tidak pada situasi dan kondisi.
Sembari menikmati udara malam ..letupan2 pertanyaan tercatat dalam hati ….dan biarkan semua kembali menjadi pertanyaan ke dalam diri…hanya diri dan diri ,,,
Hikayat manuisia secara semesta dan manusia dalam dunianya sendiri … Ada sebuah hubungan kehidupan kehidupan didlam diri kita ,,,,disana ada sebuah hubungan hubungan terpendek, loncatan…komunikasi terkecil dan sekecil kecilnya .. apa itu mahluk hidup dan siapa yang di sebut hidup, apakah hanya sebatas diri manusia yang di sebut mahluk hidup, boleh juga saya mengatakan kepada anda bahwa Galaksi itu adalah suatu mahluk hidup.. sama halnya atom terkecil dalam diri anda adalah mahluk hidup yang berkesadaran Roh, demikian kesadaran lainnya terbentuk menjadi manusia fisik, maka menjadi mahluk hidup yang besar, sama hal nya galaksi yang punya planet (sebagai atom terkecil diri).
Hikayat manusia mengenal tuhan dgn cara agama salah satunya APakah demikian hanya satu satunya??
Dan apakah harus dengan cara menganjak Agama dalam meniti lebih jauh akan hal hal yg akran ikatakan SPiritual?? Atau jangan-jangan tuhan yang tertulis di kitab suci adalah tuhan yang hanya jagat raya..
Mari kita membayangkan, diri kita berempat di alun-alun ini, lalu kita berada keluar sebagai penonton melihat diri kita dari atas, dan terus naik kita lihat alun-alun jogja ini, dan naik lagi kita lihat kota jogja ini, dan keluar lagi kita naik dan melihat pulau jawa, dengan lampu malam yang indah, kita naik akhirnya kita keluar dari bumi ini dan melihat bola bumi yang begitu besar, namun mari kita terus menjauh dari bumi kita akan lihat bulan, dan secepatnya kita terus menjauh kita akan lihat tata surya kita, disana ada matahari dan susunan planet yang kecil-kecil, mari kita menjauh lagi, singkatnya kita akan ketemu bintang lain dan kita telah menjauh dari bintang dan terus menjauh, akhirnya kita bisa melihat kumpulan dari bintang-bintang di galaksi kita (bayangkan saja, jangan di campur dengan pertanyaan benar tidaknya) lalu mari kita menjauh dari galaksi kita, kita akan lihat berbagai banyak galaksi, kumpulan awan galaksi yang jauh dan bentuknya ribuan bahkan jutaan, kita sanggup melihat dan terus menjauh, akhirnya kita bisa melihat kumpulan dari semua galaksi-galaksi yang kita sebut saja sebagai Alfa, dan kita terus menjauh-menjauh.. sampai akhirnya alfa itu kita lihat ada banyak ribuan bahkan jutaan.. dan kita menjauh, kumpulan dari semua alfa terlihat jelas berkilau bersinar dengan damai, inilah kita sebut sebagai jagad raya…
Pertanyaannya, ada berapa jagad raya, dan kumpulan jagad raya apa? Nah.. jangan-jangan yan g kita kenal hanya sebatas Tuhan Sejagad Raya saja..
Nah.. kita juga bisa lihat, bisa merasakan kembali.. seberapa halusnya kita, mungkin kita adalah partikel dari cahaya.. jangankan bandingkan jagad raya, bandingkan dengna bintang terbesar yang dekat dengan matahari saja kita ini debu pun tidak!!! Ya… jadi masih mau sombong… he…he…he…
Lah kok kita senangnya koar-koar mengenal tuhan lebih akrab.. bahkan hanya dasar dan sebatas kitab suci saja?
Maka saya waktu april kemarin mengajak, “Kulo Nyedani Gusti”, karena kalau tidak, maka kita akan terblok habis.. maka jangan heran kalau kita mau jadi Sejati akan terblok karena kita tidak mau keluar dari “anggapan”.
Iya silahkan di renungkan..
Kita mau jadi diri sendiri?
beragama utk menjadi seperti orang lain? (meniru nabi, meniru yesus, budha), melakukan kebajikan karena meniru, mau menjadi orang lain… atau karena di suruh.. celakannya lebih adalah karena alas an takut, bukan karena kesadaran.
Manusia utk agama?
Agama untuk manusia?
Apakah demikian adanya kehidupan hanya dibatasi kematian?? Apakah sesempit itu ?
Semua terlepas dalam benak masing masing ..tiada kesimpulan dan kesimpulan
“””Saat kita akan menjadi Obyek Anggapan~Penilaian ,yang kita lakukan dengan mengamati biarkan dan lihat setelahnya …”” bila masih demikian ada nya Cikal bakal daripada AWAL Kehancuran.
Kebangkrutan Iman adalah seseorang yang MUrni berniat tidak baik kepada kita dengan alasan Kebaikan apapun Pun “”
Pukul 23.00 meluncur ke Lingkungan Kerajaan isalm Mataram di Kota Gede
Kami masuk keadaan sangat rame sekali …
Sejenak ngobrol dengan Juru Kunci disana sambil isi buku tamu
masuk kaami lewat pintu timur . Ada sebuah Gerbang yang dikatakan
gerbang masuk komplek Makam Kotagede yang berbentuk gapura paduraksa dan pohon beringin tua yang masih tumbuh kokoh sampai sekarang.
Bangunan model paduraksa itu telah dikenal sejak masa Majapahit.
Setelah beberapa saat mengelilingi sekitar Masjid kami masih melakukan
perjalanan …ceritanya mencari tantangan mencari tenpat angker 🙂
Aku coba tanya ke seorang disana ….disii ada tempat yg Wingit r?
Orang tersebut mengkernyitkan Dahi …
aku langsung jawab Iya aku mau cari temnpat yg katanya wingit bisa tunjukin?
Dia bilang ada Di daerah Situs Watu Gilang
Langsung kami meuju ke Lokasi kira2 400 meteran keluar lalu belok
kanan dari Pintu timur
Sesampai disana kami berhenti di bawah pohon beringin ..kami tertarik
masuk ke dalam sebuah tempat Pemakaman Keluarga Hamengkubuwono
VII_VIII_IX
DIsambut oleh Bp Wanto sebagai Juru Kunci ,,,kami memperkenalkan,
pak Wantio memberikan pembukaan penyampaian demikian :
Tempat ini dinamakan Hasto Renggo seperti yg tertulis di Pintu Gerbang
yang berrati Delapan Bangunan atau dikatakan komplek ini dibangun pad
amasa Hamengkubuwono VIII
langusng mengajukan permohonan utk berkunjung ke dalam makam . Kamipun
diantar masuk kedalam . Melewati satu buah Pintu yg terhubung dengan
Pemakamanan .
Suasana sangat sunyi dan sepi tiada orang disisitu . Kami langusng
menuju ke dalam Pemakaman dan duduk Meditasi
Semenara mas David duduk Meditasi di Sanggar lain.
Saat itu tertangkjap pesan demikian …
Poro Kadang SInorowedi sopo wae ……
Eling …kanggo poro ksatrio
Golek Kaweruh kang ngandum karsoning Pakerti
Kanthi Karso ing njogo , nggowo Kaweruh ugo nganggo dasar Tatanan
Leluhur kang wis ngeki Tulodho
pakerti lan tulodho kang Ono Ing njeron Kalimosodo…guguono lakonono
kanthi men po do Le temoto Teroske..
Ojo gampang mutung lan kuciwo ndelok kahanan ..
Tetepo nindakkae laku kaweruh le koyo mengkono mau ..
katetepono Kanthi alon2 mesti klakon kanthi Karso kasembadano kanthi
Temen Tuntas lakonono…
Sampaikan kepada Sanak Kadang yang memaang mau mengerti ….
Kaweruh sebagai Landasan akan Budi Pakerti Yang bersedia membawa
Kaweruh dan tetap menjaga Nilai Tatanan Budaya Kaluhuran menyangkut
Kalimasada …..Teruskan ….Jangan pernah Lelah berjuang utk hal hal
yang kecil dan sederhana dalam ikut menjaga AJaran …lakukan semua
dengan Total ….
Setelah kir akira 2 jam kami diatar oleh Bp Wanto ke Komplek watu
Gilang sambl beliau membrikan Cerita kepada kami …
Watu Gilang
.Konon mau di bawa oleh Belanda tapi tidak bisa terangkat .
Fungsi : Singgasana Pisowanan Penembahan Senopati
Ukuran/bentuk :kurang lebioh 2 x 2 meter berwarna hitam.
Oleh Bapak Wanto ditunjukkan ada goresan dan pahatan-pahatan tulisan
dalam beberapa bahasa
Makna tulisan mengenai keluh kesah akan kepasrahan terhadap nasib.
Kalo dulu mana ad Face Book eeeheeee….coba udeh ada mana orang corat
coret di bebtaun demikian yah …
Makanya kalo dipikir kita nih untungg dan patut bersyukur ..
Diatas batu ini juga Panembahan Senopati mendapat wangsit lewat i Lintang Johar.
Batu andesit hitam ini dibawa dari Hutan Lipuro yang kini dikenal
dengan daerah Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY.
Di atas singgasana batu inilah Kerajaan Mataram digerakkan oleh
Panembahan Senopati.
Terdapat cekungan dis sisi sebelah timur . Cekungan pad abatu akibat
dibenturkannya kepala Ki Ageng Mangir, musuh sekaligus menantu
Panembahan Senopati, hingga tewas.
paling tidak napak tilas satu sejarah keamren sangat memberikan
pengetahuan paling tidak tentang sejarah leluhur kita .
Setelah kami sempet bertanya utk mendokumentasikan bapak Wanto
menjawab bila Panembahan Senopati mengijinkan ..yang pad aakhirnya
kami bis amendokumentasikan foto foto didalam sius Watu Gilang
Tersebut
Kira kira Pukul 3.30 kami anggap cukup dan Mohon pamit dan rasa syukur
terimaksih yang mendalam juga kepada Terimakasih kepada Beliau juga
kepada Kadang dan Sanak yang menyimak pembicaraan kami.
Menuju Jalan KHA. Dahlan untuk makan gudeg (nyam… nyam..nyam)