Mikrocosmos dan Makrocosmos
Oleh: Nata Warga
Tulisan ini telah saya buat sekitar bulan Juli 1999 di hari minggu didalam Gereja Laurentius Bandung. biasalah.. ingin meniru bapak, kemana-mana bawa catatan, pada kesempatan itu saya bawa buku yang biasanya saya bawa untuk mencatat pelajaran Gantharwa. Nah… pada saat homili, saya mulailah iseng menulis, gak tahu terinspirasi oleh apa, yang jelas mulai menulis. Kira-kira ini tulisannya
Kehidupan manusia sangatlah singkat dan untuk itulah kita perlu mengisi alam semesta ini dengan hal yang positif, dan juga me“ragi“kan dunia untuk berbuat sesuatu yang mengarah pada „kemanunggalan dengan Gusti“.
Seluruh isi dunia ini tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa dipenggal-penggal, sama halnya dengan anggota tubuh manusia yang kalau salah satunya sakit maka seluruh tubuh akan sakit pula, gambaran kecil dari alam semesta ini adalah Tubuh manusia.
Manusia adalah miniatur dari alam semesta. Mau menjelajah galaksi, ibaratnya menjelajah sel manusia yang bermiliar-miliar.
Hal yang jelek diluar diri kita, juga merupakan tanggung jawab/kewajiban kita untuk memperbaikinya itulah tugas kita yang mengaku status kita sebagai anak Allah atau memegang kekuasaan dari Allah, dan bisa dikatakan bahwa kekuatan kita adalah pangkal keadilan dan Allah menyayangi segala sesuatunya.
Maka sungguh tidak adil kalau kita tidak memberikan kesempatan dan meragi didalam masyarakat kita. Ini merupakan hal yang baik untuk meraih kesempatan kita sendiri dan kebaikan /tanggung jawab/kewajiban dalam kasih haruslah tanpa batas. Jika semua ini kita lakukan artinya kita memberikan kesempatan baru pada dunia ini/ masyarakat/ sesama. Dan hal serupa juga yang telah Allah selalu berikan kepada kita kesempatan untuk manunggal denganNYA. RAIHLAH!!! Nilai kesempata yang Allah berikan tidak dapat diukur, janganlah kita membuang dengan sia-sia dengan nilai yang tidak ada artinya seperti; malas, ragu-ragu, takut, emosi, bodoh, lupa, dan lain-lain. SEKIAN
Kira-kira tulisan yang saya buat 7 tahun lebih yang lalu.
Mari kita MeRENungkan
Comments are closed.